Cita-cita Mewujudkan Masjid Krakow

Allahu Akbar!!! Berita membahagiakan itu sangat dinantikan. Ulitsza Jana Sobieskiego 10, Krakow, di lantai ‘under ground’ alias ruangan pengap di bawah lantai 0 (nol), posisi ruangan yang diserahkan dewan kota Krakow untuk keperluan izin ibadah ummat muslim disini.
‘Surat Izin’ berikut kunci ruangan itu tidaklah mudah didapat, brothers kita mengawali langkah beraninya mewujudkan masjid sejak 35 tahun silam. Dan seperti biasa, sebagai kalangan minoritas, yang mana anggota parlemen terdiri dari komunitas katholik dan yahudi, hampir tak mungkin mewujudkan sebuah masjid di kota kelahiran Paulus ini.

I. Sedikit Gambaran Kota Krakow
Suasana Pusat Jalan-jalan Para Turis, Krakow     
 
Kraków (Polandia, pengucapannya: [krakuf])juga Krakow, atau Cracow (Inggris / krɑkaʊ, kræk-,-oʊ /), dalam info wikipedea adalah yang kedua terbesar dan salah satu kota tertua di Polandia. Terletak di Sungai Vistula (Polandia: Wisła) di wilayah Polandia Kecil, kota aktif kembali abad ke-7, Kraków secara tradisional menjadi salah satu pusat terkemuka kehidupan akademis, budaya, serta artistik Polandia dan merupakan salah satu penyokong yang paling penting bagi ekonomi pusat.
Itu adalah ibukota Polandia di tahun 1038-1596, ibukota (Kadipaten) Agung Kraków 1846-1918, dan ibukota Kraków Voivodeship dari abad ke-14 hingga tahun 1999. Sekarang ibukota dari Provinsi Polandia Kecil (sebutannya : Małopolska/ Małopolskie).
Kota ini telah berkembang dari sebuah pemukiman Zaman Batu ke kota kedua Polandia yang paling penting. Ini dimulai sebagai sebuah desa pada Wawel Hill dan sudah dilaporkan sebagai pusat perdagangan yang sibuk ‘Slavonic Europe’ pada tahun 965.
Dengan pendirian universitas-universitas baru dan tempat-tempat budaya pada munculnya Republik Polandia dan sepanjang abad ke-20, Kraków menegaskan kembali perannya sebagai pusat akademik dan artistik utama nasional. Luasnya adalah 326,8 km² sedangkan penduduknya berjumlah 757.500 jiwa, di tahun 2004.
Setelah invasi Polandia oleh Nazi Jerman pada awal Perang Dunia II, Kraków berubah menjadi pusat pemerintahan bagi ibukota Jerman secara umum. Penduduk Yahudi di kota itu pindah ke sebuah zona khusus (zona berdinding) yang dikenal sebagai Ghetto Kraków, yang kemudian di’kisahkan’ bahwa mereka dikirim ke camp-camp pemusnahan seperti Auschwitz dan kamp konsentrasi di Płaszów. (Jarak dari pusat kota Kraków ke Auschwitz adalah sekitar satu setengah jam)
Pada tahun 1978, Karol Wojtyla, Uskup Agung Kraków, diangkat menjadi kepausan sebagai Paus Yohanes Paulus II -Slavia paus pertama kalinya, dan Paus non-Italia pertama dalam 455 tahun. Juga pada tahun itu, UNESCO menyetujui the first sites for its World Heritage List (daftar warisan dunia), termasuk seluruh kota tua di dalam seluruh potongan bangunan bersejarah di pusat kota.
Gambar-gambar di atas adalah penulis ambil di tempat area jalan-jalan para turis di Krakow, antara lain : Main Market Square, Wawel Castle (bentuk istana, di dalamnya ada pemakaman para pahlawan Polandia serta yang terbaru adalah makam Presiden Lech Kaczynski yang meninggal pada 10 april 2010 lalu), Barbican, St. Mary's Basilica, St. Peter and Paul Church, Collegium Maius, Narodowy Teatr, dan sekitarnya. Sekitar satu jam-an dari Krakow, ada Auschwitz serta Wieliczka Salt Mine yang pernah penulis ceritakan melalui rubrik oase-iman.
Para turis yang datang ke Krakow biasanya ‘mampir’ pula ke Warszawa, dan kota lain di negara sekitarnya, misalkan ke Praha, Slowakia, dan Lithuania.
Dewasa ini telah makin banyak “misionaris” dari berbagai aliran dan jenis keagamaan, termasuk ‘diistilahkan new age’, atau ada juga ‘agama semu’ yang ternyata atheisme berkembang di berbagai belahan Eropa, termasuk di kota kecil ini. Namun efek lain dari berbagai tanya-jawab ragam agama dan rasa penasaran masyarakatnya, ujung-ujungnya mereka mencari tahu pula tentang Al-Islam, satu-satunya keselamatan dunia dan akhirat. Maka itulah, jumlah muslim/ah terus-menerus bertambah.
II. Perjuangan Muslim Kraków Mewujudkan Masjid
Muslim League di Poland “baru aktif” di awal tahun 2000-an. Muslim League in The Republice of Poland (Liga Muzulmanska w RP) yang memiliki peranan besar dalam memberikan berbagai informasi bagi para pendatang muslim di Poland umumnya, terutama menjadi sarana pembimbing dan pusat dakwah islam, tatkala mulai banyak peningkatan para muallaf (disebabkan meningkatnya ketertarikan masyarakat terhadap islam, seiring peningkatan arus pertukaran pelajar, mahasiswa serta bertambahnya jumlah universitas yang ada di Poland). Mereka merasa amat memerlukan pelajaran-pelajaran keislaman yang lebih mendalam.
Sebenarnya umat islam sudah dikenal lama sebagai bagian komunitas Polandia, biasa disebut ‘suku Tar-Tar”, yang dalam sejarah perjuangan bangsa Poland, suku Tar-Tar merupakan para pejuang yang hebat dan rela berkorban demi bangsa dan negaranya. Hanya saja, komunitas ini benar-benar membaur sebagai masyarakat asli (pribumi), ada yang tetap terbiasa meneguk minuman beralkohol, menikah dengan pasangan berbeda agama (contohnya : muslimah menikah dengan orang Poland yang katholik, dll), yang tidak bisa membaca qur’an, dan seabrek permasalahan lain sebagai ketidak-tahuan akan hukum-hukum islam. Dan inilah tugas para da’i/da’iyah di berbagai sudut Polandia. Satu persatu, kota di Poland pun memiliki ‘islamic centre’ yang berada dalam naungan organisasi resmi Liga Muslim Poland tersebut.
Adalah Doctor Haisyam, 30 tahun lebih beliau telah berada di Krakow. Ia memimpin Liga Muslim Krakow, yang mana selama ini telah tiga kali ditolak saat mengajukan permohonan “ruangan masjid”. Padahal, sempat disebut-sebut pada tahun 2007-2008, adanya Yayasan Al-Fan yang dimotori oleh brother dari Libya, merencanakan pendirian gedung resmi sebagai ‘tempat berkumpulnya’ muslim di Krakow. Berita itu sempat menjadi ‘hot-news’ di beberapa surat kabar lokal, namun kemudian hilang tanpa ada kelanjutan, sang brother pun entah bagaimana kabarnya, semoga Allah melimpahkan perlindungan terbaik baginya.
Selama ini, Doctor Haisyam dan brothers lain (yang sangat mencintai agama-NYA) selalu menyewa ruangan kecil (hanya ruangan itu saja yang tersedia), ukurannya sekitar 3x5meter dengan satu pemanas ruangan, mereka mengumpulkan uang rutin setiap jum’atan, uang itu diharapkan dapat mencukupi biaya sewa ruang per bulan (kalau di-kurs-kan dalam rupiah, sekitar 2 juta rupiah lebih biaya sewanya).
Mereka pun membuat sebuah yayasan keislaman lain dengan sedikit sisa harta yang ada karena menurut info yang beredar di parlemen kota, ruangan masjid tidak dikabulkan oleh dewan kota karena urusan keuangan pula, takut tak ada yang merawatnya (meskipun dewan kota telah meminta ratusan tanda-tangan dari kami semua sebagai bukti bahwa kami muslim di Krakow). Jadi, ruangan kecil yang dulu selalu disewa itu, situasi tiap jum’at selalu “tak pasti”, pernah mereka harus berpindah lokasi, bergantian ke appartemen brother lainnya jika ruangan itu disewa oleh komunitas lain di jam yang sama, hari jum’at, misalnya pernah sedang disewa oleh orang latihan musik, oleh organisasi olahraga, untuk latihan pijat dan dansa, dsb. Sungguh miris, bahkan pernah saudara-saudara kita ini harus ekstra bersabar, karena terpaksa sholat jum’at di sebuah ruangan yang hanya bersekat tipis dengan sebuah bar. Astaghfirrulloh…
Doctor Haisyam sungguh bijak dan penyabar, ia sudah banyak mengecap pahit manisnya perjuangan dakwah. Tantangan bagi muslim di Krakow yang dikatakan beliau adalah kesulitan untuk bersatu. Selama ini para mahasiswa berkelompok-kelompok kecil melaksanakan sholat jum’at, dengan beragam alasan seperti ketatnya jadwal perkuliahan. Jarak yang berjauhan dengan kendala transportasi dan banyak yang menolak untuk disatukan dalam perjuangan mewujudkan masjid ini. Ada pula kelompok syi’ah yang benar-benar menolak bergabung.
Tantangan lain, para mahasiswa sulit konsisten menyediakan waktu untuk kegiatan keislaman, belum lagi perbedaan bahasa, waduh, banyak sekali ‘salah komunikasi’. Brothers disini yang kukenal aktif di masjid adalah mereka yang memang sudah bekerja (professional/ekspatriat), sebagai dosen atau ilmuwan.
Ada pula yang memang masih mahasiswa nan memiliki tekad yang kuat dalam menjaga diri di tengah masyarakat Krakow nan religious sebagai umat katholik. Brothers pendatang tersebut berasal dari Indonesia, Libya, Egypt, Turkey, Palestina, Pakistan, India, Jordania, Bangladesh, Afghanistan, Serbia, Maroko, serta dari negara-negara jazirah arab, dll.
Beberapa bulan lalu, kembali Doctor Haisyam mengajukan proposal kepada wali kota baru (yang sudah terpilih lagi), proposal yang berisikan permintaan ruangan yang mantap dan resmi untuk dipergunakan beribadah bagi ummat muslim di Krakow. Suatu dukungan yang besar diperoleh pula dari seorang sohib yang berpangkat tinggi dalam parlemen kota, yang mana beliau telah memeluk islam (muallaf), walhamdulillah, kali ini terkabul. Allahu Akbar!
Tepatnya awal musim semi di bulan maret lalu, ruangan di lantai UG (under ground) sudut kota tua itu diserahkan secara resmi untuk disewakan secara tetap (permanent) kepada ummat muslim di Krakow, untuk dirawat, dipergunakan untuk keperluan kegiatan ibadah keislaman.

Jadi, masjid Krakow ini terdiri dari lima ruangan berukuran sedang & bersekat, yang rencananya akan dibangun tempat wudhu serta WC terpisah laki-laki dan perempuan. Akan dibuat hijab untuk jamaah muslimah, secara perlahan akan dibuat ruangan kantor mini sebagai Islamic-Centre Krakow, perpustakaan, serta sekarang sedang diajukan permohonan izin tambahan ke dewan kota agar ruangan bersekat lain bisa dipakai untuk kantin “penjualan menu makanan muslim” (halal-food).
Selama ini, kami sesekali memperoleh daging sapi atau ayam halal setelah “memesan khusus” dengan brother yang rutin membeli daging di kota lain (sejam dari Krakow), penyembelihnya biasa rutin datang dari kota lain pula atau dari UK. Subhanalloh…
III. Kegiatan Sederhana Muslim Krakow
Dua jam dari Krakow, @Rabka, pada hari anak 2010, kami ikut meramaikan ‘Arabic Day’, tampak anak-anak Poland antusias meminta contoh tulisan kaligrafi nama masing-masing di lengan mereka

Atas inisiatif para ibu, kadang-kadang kami berkumpul 3 atau 4 keluarga muslim (kami di Krakow berjauhan tempat tinggal), memasak dan makan siang bersama, mengulang kajian tafsir, serta mengajak anak-anak bermain bersama. Beberapa kali pula, penulis mencoba mengadakan kegiatan ‘up-grade’ diri bersama beberapa muslimah lain, kami belajar membuat roti, yogurt, menu masakan keluarga antar-negara, dll.

Beberapa brothers telah memulai jadwal ‘piket’ agar sholat wajib dapat diadakan di masjid Krakow. Biasanya di waktu dzuhur atau ashar, dan kesulitan utama adalah belum adanya WC, sehingga jika urgent harus ke WC, maka harus keluar mencari WC umum di mall terdekat.

Seorang sister berkumpul dengan anak-anak, kami menggunakan ‘bahasa senyum’ jika tak saling mengerti. Sebab hanya dua orang muslimah yang terbiasa menggunakan bahasa Inggris, kebanyakan muslimah lainnya berbahasa Arab, ada pula yang muallaf-berbahasa Poland.
Brothers dan keluarga di Krakow sesekali saling berkunjung/ silaturrahim dan melaksanakan sholat wajib berjamaah serta berdiskusi atau saling bertukar beragam informasi IV. Terbuka Ladang Amal : Turut Membangun Masjid Krakow
Allah SWT berfirman, artinya, “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? mereka itu tidak pantas masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat azab yang berat.” (Q.S. Al-Baqoroh[2]: 114)
Saudara-saudari seiman, di antara brothers Krakow yang sangat peduli pada sholat jum’at, saya melihat sendiri akan perjuangan keras mereka sewaktu mencari-cari “dimanakah komunitas muslim Krakow?”, dimanakah masjid, dimanakah saudara kami?
Mereka yang rela berjalan kaki jauh, bermodalkan peta---yang tidak pasti, di tengah badai salju, juga mereka yang berlari “absen” kuliah (yang mana banyak perkuliahan dilakukan “pas” waktu sholat jum’at) dua kali dalam sebulan demi menjaga kewajiban yang satu ini.
Ada pula yang sengaja cuti kerja demi mencari tempat sholat jum’at di Krakow sewaktu awal pindah kesini. Bahkan terlihat bahwa hal ‘base-camp’ ummat Islam ini bukanlah sekedar kewajiban, melainkan adalah sebuah kebutuhan primer, mereka merindukan ukhuwah islamiyah. Di tahun 2010, satu-satunya kota ‘agak besar’ di Poland yang masih belum punya masjid adalah Krakow. Maka, saat bulan maret 2011 lalu, masjid Krakow bisa terwujud, sungguh nikmat-Nya ini amat kami syukuri, walhamdulillahi robbil ‘alamiin.
Di area yang mana ‘kebiasaan minum’ sehari-hari adalah meneguk alkohol, ‘salam cium pipi-bibir’ adalah ungkapan pertemuan dan perpisahan yang merupakan tradisi saling menghargai meskipun dengan berlainan jenis (non-mahram), yang mana penduduknya kebanyakan masih ‘terbiasa’ budaya hidup zaman komunis, misalkan buka atau ganti baju di jalan, buang air kecil di belakang appartemen orang lain atau di taman, bahkan masih banyak pasangan remaja yang ‘lebay’ melakukan perbuatan tak-pantas di muka publik (misalkan di atas tram atau di mall atau di bus). Naudzubillahi minzaliik.
Maka kehadiran masjid Krakow bagai merupakan setetes air penghilang dahaga saat ini, mencintai masjid, agar lahir kerinduan yang mendalam kepada-NYA, untuk memakmurkan rumah-Nya, berharap semoga diri ini senantiasa berpeluk hidayah-Nya, hanya takut dan hanya bermohon kepada-Nya, meraih cita kemuliaan dari-Nya.
Dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bagian negeri yang paling Allah cintai adalah masjid-masjidnya, dan bagian negeri yang paling Allah benci adalah pasar-pasarnya.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Masajid wa Mawadhi’ as-Shalah)
Pada akhir april 2011 lalu, jamaah muslim krakow telah mengumpulkan ‘projek infaq keluarga’ masing-masing guna mencukupkan pembayaran dana pemasangan listrik di masjid. Insya Allah minggu ini listrik telah terpasang.
Dalam waktu dekat, tidaklah muluk-muluk cita-cita kami, berharap bisa ada WC dan tempat wudhu serta “ummahat” bisa segera turut aktif meramaikan masjid---membawa kanak-kanak dan mendidik mereka agar mencintai ‘base-camp ummat’, saling mengajari dan mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran, amiin ya Robbi. Adalah melakukan investasi yang tak kenal rugi, ‘berbisnis dengan Allah ta’ala’, sebagaimana jaminan pesan Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barang siapa yang mendirikan masjid, Allah akan mendirikan sebuah rumah baginya di surga” (H.R.Muslim).
Insya Allah, kami pun memiliki seabrek rencana lain (dan hanya Allah SWT yang berhak memilihkan ketetapan-Nya), misalkan mempunyai website khusus untuk menginformasikan keislaman di Krakow serta di Poland secara umumnya, melakukan publikasi masjid Krakow kepada masyarakat sekitar (terutama para pendatang dan turis asing, apabila muslim/ah biasanya mengalami kesulitan mencari masjid), membuat dapur mini dan layanan internet agar brothers bisa bergantian mabit dengan betah, dan terutama rencana terdekat menjadikan ruangan masjid ini lebih layak (memperbaiki dindingnya) guna menyambut bahagia awal ramadhan beberapa bulan lagi.
Momen itu akan menjadi ‘tarawih pertama’, ramadhan pertama di masjid Krakow bagi seluruh keluarga muslim di Krakow, insya Allah.

LIAT juga Postingan Terkait Lainnya


0 komentar: